Senin, 25 Oktober 2010

Atheisme dan Hinduisme

Atheis, menurut asal kata Yunani-nya: a [tidak] dan theos [Tuhan].Atheisme adalah keadaan dimana seseorang tidak mempercayai adanya Tuhan. Atheisme bukanlah percaya bahwa Tuhan tidak ada melainkan tidak percaya bahwa Tuhan ada. Dengan kata lain, atheisme bukan merupakan kepercayan atau keyakinan melainkan sistem ketidakpercayaan/ketidakyakinan. 

Atheisme berbeda dengan komunisme. Seorang komunis umumnya atheis, tetapi atheis tidak berarti komunis. Komunisme adalah sebuah sistem pemikiran yang dapat dikembangkan menjadi ideologi dan bahkan sistem pemerintahan, sementara atheisme ketidakpercayaan. Berbeda pula dengan Agnotisme pemeluk Budhistik yang tidak mengetahui apakah Tuhan ada atau tidak
.

Berpikir bahwa Tuhan tidak ada, tidak berarti bahwa manusia bebas melakukan apapun. Atheisme hanyalah suatu keadaan sebatas “tidak percaya bahwa Tuhan ada”, tidak lebih dari itu. Tidak ada jaminan bahwa seorang atheis akan berbuat semaunya, seperti juga tidak ada jaminan seorang beragama dan percaya Tuhan akan berbuat baik. 


Umumnya seorang atheis meyakini moralitas humanisme atau lainnya. Kita mengetahui ada seorang Voltaire yang memperjuangkan kebebasan rakyat Prancis dari pemerintahan dan otoritas agama yang absolute, sama seperti kita tahu Stalin membunuh 30 juta jiwa rakyatnya sendiri. Dengan logika yang sama kita bisa gunakan bagi para penganut agama. Maraknya rumah-rumah ibadah atau megahnya upacara tidak menjamin berkurangnya kekerasan di masyarakat.

Dalam sistem filsafat Hindu yang heterodox (tidak mengakui otoritas Weda), dikenal Filsafat Carwaka. Literatur barat yang beredar di internet kebanyakan mengatakan filsafat Carwaka sebagai atheisme ala Hindu, meski menurut saya istilah tersebut kurang tepat.

Filsafat Carwaka yang merupakan reaksi atas otoritas Weda mengatakan tidak ada surga, tidak ada neraka, tidak ada Tuhan. Tidak ada reinkarnasi. Kita hanya memiliki satu kelahiran, yaitu saat ini.


Dengan hanya menerima logika sebagai sumber pengetahuan, carwaka menolak kehadiran Tuhan. Tuhan dan Weda adalah imajinasi para pendeta, untuk menghaturkan sesaji, dan membuat orang-orang patuh dengan adanya hukuman bagi mereka yang tidak percaya. Filsafat Carwaka menolak otoritas Weda, kemudian mengungkap ketidak konsistenan ketika disatu kesempatan ajaran Weda mengajak umat menghindari kekerasan, tapi disisi lain mengorbankan binatang untuk mencapai kemulian.

Lorens Bagus, dalam kamus filsafatnya menjelaskan atheisme ada beberapa jenis,al: atheisme naïf, atheisme praktis dan teoritis –negatif/positif, atheisme materialistis dan positivistis. Dalam hal ini, carwaka mencakup skeptism, agnostic, materialisme sekaligus positivism, ia menerima kenyataan apapun yang dapat diterima oleh indera dan menolak sebaliknya.

Kita ketahui, sejarah agama-agama dan pencarian Tuhan umat manusia, menyebabkan agama/keyakinan yang datang kemudian di-cap atheis karena tidak sesuai dengan agama/keyakinan yang datang lebih awal. Contoh, Islam dianggap atheis karena menghancurkan pemujaan pada dewa-dewa [Illah] selain Allah. Orang-orang Yunani menganggap Kristen atheis karena tidak percaya dengan dewa-dewi mereka.

Hal yang mengagumkan dalam Hinduisme, -berbeda dengan berbagai tradisi agama lain-filsafat-filsafat yang berkembang pasca Hindu, seperti Filsafat Carwaka -karena meyakini materialisme lebih dari spiritualisme- , Budhistik, dsbnya hanya dianggap heterodox tanpa ada upaya lebih untuk menganggapnya sebagai bidah ataupun atheis. Sebuah bentuk keagamaan yang dewasa. Hinduisme mengakui adanya perbedaan, merayakan pluralisme sebagaimana bunga-bunga indah di taman.

Dan yang lebih mengagumkan tradisi menghormati, kedewasaan beragama ini bertahan ribuan tahun sampai sekarang. Mungkin karena jejak-jejak sejarah agama Hindu telah mengajarkan beraneka konsep ke-Tuhan-an, bentuk-bentuk pemujaan, nilai-nilai abadi yang melampaui sekedar persamaan dan perbedaan untuk diperjuangkan.

Salah satunya konsep Karmaphala, yang mengagungkan moralitas tinggi melalui proses kerja. Ia yang percaya bahwa tindakan baik – entah apapun agama/keyakinannya - akan berbuah kebaikan pula. Agama Hindu lebih menghargai nilai kebajikan daripada meributkan istilah-istilah. Bagi para pemeluknya, Hinduisme melampaui atheisme, agnotisme, komunisme, dan isme-isme lainnya.